Mengintepretasikan dan menghidupkan setiap rangkaian kata dari puisi bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari membaca perlahan dalam hati, mendeklamasikannya dengan berapi-api, hingga menyanyikannya lewat musikalisasi puisi.
Cara terakhir yang disebut di atas saat ini mulai kembali dikenal oleh masyarakat, sejak awal kali diperkenalkan pada tahun 1980-an oleh penyair Sapardi Djoko Damono dan Fuad Hasan. Musikalisasi puisi muncul karena kegelisahan atas sedikitnya karya-karya penyair Indonesia yang dikenal oleh mahasiswa sastra dan masyarakat Indonesia secara umum.
“Masyarakat lebih mudah menghafal lirik saat menyukai sebuah lagu, maka ide untuk menyanyikan puisi diambil oleh Sapardi dan Fuad Hasan,” ujar Reda Gaudiamo, vokalis duo musikalisasi puisi AriReda saat memberikan materi pada sesi workshop: Singing Your Poetry di Makassar International Writers Festival 2016, Mei lalu.
Gitaris dan vokalis AriReda Ari Malibu mengatakan musikalisasi puisi muncul dengan cukup berbeda dibandingkan dengan musik folk dan musik populer lainnya. Hal itu sempat membuatnya agak canggung saat pertama kali membawakan aransemen dari musik-musik musikalisasi puisi. “Saya awalnya tidak ngeh dengan yang namanya puisi, setelah diberi melodi dan semakin sering dimainkan, semakin terasa menyentuh,” katanya.
Dia menambahkan, dengan penghayatan yang baik pada sebuah puisi, bisa membuat melodi musik tiba-tiba muncul, dan hal itu bisa menjadi inspirasi untuk membuat musik dalam mengiringi musikaliasi puisi.
Sementara itu, penyair Joko Pinurbo menilai musikalisasi puisi telah melewati interpretasi ganda terhadap puisi. Interpretasi pertama dilakukan oleh penggubah lagu kepada puisi, dan kedua dilakukan oleh penyanyi terhadap lagu tersebut. “Puisi awalnya adalah bunyi yang dibekukan menjadi kata, kemudian dicairkan lagi dengan musik,” ujarnya.
Dia menambahkan, seseorang yang mendengarkan musikalisasi puisi memiliki kesempatan untuk mempunyai interpretasi baru terhadap puisi yang sama. Selain itu, musikalisasi puisi juga bisa memberikan nyawa dan menghidupkan puisi-puisi yang akan terasa kering dan datar jika hanya dibaca biasa.
“Salah satu cara untuk mengubah puisi menjadi lagu yang baik adalah dengan melakukan penghayatan yang intens serta memiliki hubungan yang intim dengan puisinya.”
Intim yang dimaksud Joko Pinurbo adalah seorang penggubah lagu harus bisa mengenal bentuk dan karakter masing-masing kata, sehingga bisa memiliki interpretasi yang tepat terhadap setiap kata dalam puisi tersebut.
Dia juga mengatakan, musikalisasi puisi adalah paduan dari dua bahasa yang universal, yakni puisi dan musik. Kedua hal tersebut bisa diterima oleh masyarakat dan mendengarkannya sebagai manusia, bukan sebagai bagian dari kelompok tertentu. “Saya percaya, puisi dan musik yang bagus bisa mendamaikan dunia.”
catatan:
Duo AriReda merupakan pasangan musikalisasi puisi yang sudah saya kenal lebih dari setengah dekade lalu. Perkenalan kami pertama kali diawali saat saya tengah menggandrungi puisi-puisi Sapardi, dan tanpa sengaja saya terdampar di sebuah video Youtube yang menampilkan mereka tengah menyanyikan karya-karya SDD.
Sejak saat itu, saya mengoleksi hampir semua video penampilan mereka dan menikmatinya nyaris tiap hari. Karena rutin mendengarkan musikalisasi yang merdu dan teduh itu, membuat saya bisa menghapal setiap baris puisi-puisi SDD, yang saya yakin tidak akan pernah bisa saya lakukan jika sekadar membaca tulisannya saja.
Bagi yang belum tahu tentang AriReda, berarti kalian katrok! bisa dilihat penampilan mereka di video Youtube berikut:
Leave a Reply